LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN
MENGIKUTI KEGIATAN
TEMU WICARA KENAL MEDAN (TWKM) KE 27
KENAL MEDAN DIVISI LINGKUNGAN HIDUP
DI MAPALASKA, KAMPUS UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
JAWA BARAT
Disusun
oleh :
M
Akil Mutawakil/Bejo
Kelompok
Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Terbuka
(KEMPALA
– UT)
UNIVERSITAS TERBUKA
BAB
I . PENDAHULUAN
Kegiatan
Temu Wicara dan Kenal Medan berawal dari kegiatan kemah bakti atau bisa juga
disebut camping ceria Mapala Se-Jawa-Bali pada tahun 1987 yang diadakan
oleh MPL Unsoed. Pada saat itu ada serasehan yang dihadiri juga oleh perwakilan
Bidang Kemahasiwaan Dikti. Disana Beliau menjelaskan adanya anggaran untuk
kegiatan kemahasiswaan yang berskala nasional. Kemudian beliau menantang Mapala
(Mahasiswa Pecinta Alam) yang hadir dalam kegiatan tersebut untuk membuat suatu
kegiatan berskala nasional. Tantangan itu akhirnya dijawab oleh
mahasiswa-mahasiswa dari IKIP Yogyakarta (sekarang bernama UNY) dengan
pelaksanaan TWKM (Temu Wicara Kenal Medan). Konsep pertama kegiatan TWKM ini
dicetuskan oleh Zamri Khusaini dan juga Budi Tri Siwanto dengan ketua pelaksana
Lik Memed (M. Nursyahadatullah). Ketiganya berasal dari Madawirna (Mapala IKIP
Yogyakarta). TWKM pertama ini dilaksanakan di Madawirna IKIP Yogyakarta pada
tahun 1988.
Konsep
pertama TWKM adalah Mahasiswa Pencinta Alam yang ada di Indonesia dikumpulkan
dan kemudian saling berbagi pikiran tentang dunia kepecintaalaman terutama
dalam dinamika kehidupan kampus. Tujuan dari pertama kali diadakannya TWKM
adalah pertemuan mahasiswa yang mempunyai pemikiran lebih karena
mengenyam pendidikan lebih tinggi dari pada manusia lain sehingga mempunyai
pemikiran ilmiah untuk merumuskan suatu hal yang terkonsep dan sistematis yang
berguna bagi nusa, bangsa, negara, dan masyarakat sekitar. Sampai juga terpikirkan
seandainya Unit Mahasiswa Pecinta Alam mempunyai sesuatu yang kuat dan baik
kemungkinan bisa menjadi percontohan dari unit kegiatan mahasiswa yang lainnya.
Kegiatan
TWKM kali pertama dikonsep menjadi satu rangkaian antara TW (Temu Wicara) dan
KM (Kenal Medan), berbeda dengan pelaksanaan TWKM dewasa ini. Pertama peserta
melakukan Temu wicara dahulu untuk membicarakan peran mapala di dalam dinamika
kehidupan kampus kemudian yang dilanjutkan dengan kegiatan Kenal Medan sebagai
bonus yang dilakukan dengan pendakian Gunung Merapi. Permasalahan intern
organisasi juga dibicarakan dalam pertemuan ini dan topik yang sering dibahas
adalah peran Mahasiswa Pecinta Alam terhadap lingkungan.
Pelaksanaan
TWKM pertama (1) sampai TWKM ke empat (IV) merupakan pertemuan yang belum
memisahkan kegiatan dengan Kenal Medan. Pelaksanaan kegiatan diawali dengan
kegiatan forum berbagi pikiran baru setelah selesai kegiatan Temu Wicara,
kemudian Kenal Medan dilaksanakan.
Pada pelaksanaan TWKM (V)
tahun 1992 yang dilaksanakan di Makassar dengan tuan rumah KORPALA UNHAS,
barulah dibuat aturan baru yang menyangkut TWKM yaitu memisahkan antara
kegiatan temu wicara dan kenal medan. Tujuan dari pemisahan forum Temu Wicara
dan Kenal Medan yang diadakan di Makassar yaitu diharapkan agar para top senior
Mapala lebih berkosentrasi membahas permasalahan bangsa pada saat itu. Karena
kondisi dan suasana politik tanah air saat itu sedang tidak stabil sehingga
solusi untuk Negara agar tercipta dari kegiatan Temu Wicara. TWKM sesungguhnya
juga merupakan ajang silaturahmi mapala Indonesia tetapi silaturahmi yang
mempunyai nilai jual tinggi tidak hanya sekedar silaturahmi karena yang
berkumpul merupakan para kaum intelek muda yang sudah ditempa oleh alam. Disini
saya teringat omongan Sir Henry Dunant, “Sebuah negara tidak akan pernah
kekurangan seorang pemimpin jika anak mudanya sering bertualang di hutan,
gunung, dan lautan”
Dalam
event Nasional ini Kelompok Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Terbuka
(KEMPALA – UT) ikut serta dalam kegiatan Temu Wicara dan Kenal Medan ke 27 (TWKM
27) dengan Tema "Revitalisasi dan Dedikasi Mapala Se-Indonesia terhadap
kehancuran alam" di Mapalaska, kampus Universitas Singaperbangsa Karawang
Jawa Barat.
Temu wicara merupakan
pertemuan tahunan para pemimpin mahasiswa pencinta alam tingkat perguruana
tinggi se- Indonesia, yang membahas kondisi internal dan eksternal organisasi
sekaligus pembahasan isu strategis terkait persoalan lingkungan hidup dan
pengelolaan bencana oleh seluruh organisasi pencinta alam tingkat perguruan
tinggi se Indonesia. Guna menyatukan persepsi
dan gagasan dalam upaya memetakan solusi atasa permasalahan lingkungan
hidup dan pengelolaan bencana yang terjadi di setiap daerah di Indonesia.
Kenal Medan merupakan
pertemuan para anggota mahasiswa Pencinta alam Tingkat perguruan tinggi se –
Indonesia, dalam rangka pengembangan cakrawala ilmu kepencita alaman dan
pengembangan minat dan bakat melalui aktifitas olah raga alam bebas sekaligus
sebagai instrumen dalam rangka menumbuhkan kepekaan sosial, kecintaan kepada
tanah air dan lingkungan hidup
BAB
II. WAKTU DAN PELAKSANAAN
2.1.
Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan ini adalah
menumbuhkan kesadaran sikap kritis dan meningkatkan peran serta mahasiswa
pecinta alam terhadap permasalahan lingkungan, Meningkatkan wawasan di bidang
kepecinta alaman, Melakukan kegiatan yang mengimplementasikan Tri Dharma
Perguruan Tinggi, Menambahkan persatuan, kesatuan dengan persaudaraan antar
mahasiswa pecinta alam sebagai implementasi dari kode etik pecinta alam
indonesia dan memberikan solusi yang nyata bagi permasalahan organisasi Mapala,
Masyarakat dan Bangsa.
2.2.
Waktu dan Tempat
Pelaksanaan kegiatan TWKM di
mulai dari tanggal 9 - 15 November 2015, dengan dibagi beberapa kegiatan yaitu:
1.Forum Sidang Temu Wicara
merupakan ajang pertemuan untuk membahas Isu strategis tentang persoalan
lingkungan hidup dan perumusan solusi oleh para anggota sidang yang akan di
selenggarakan pada tanggal 10 - 13 November 2015 di kabupaten purwakarta.
2.Kegiatan lapangan di
selenggarakan pada tanggal 10 - 13 November 2015 dibagi beberapa divisi:
a. Gunung Hutan akan
berlokasi di Gunung Sangga Buana, Desa Mekar Buana - Kabupaten Karawang.
b. Susur Goa berlokasi
Gunung Sangga Buana
c. Panjat Tebing dan
Veretical Rescue akan dilaksanakan di Tebing Rungking, Desa Cidoro - Kabupaten
Karawang.
d. Lingkungan Hidup Tehnik
sampling dan penanggulangan kerusakan lingkungan hidup yang akan diselenggarakan
di pantai pakis jaya dan sungai citarum.
3.Study Tour untuk para
peserta TWKM akan di laksanakan pada tanggal 14 November 2015 dengan bertujuan
mengenalkan wisata daerah seperti Mesjid Agung, Candi Jiwa, Rumah Pengasingan
Bung Karno dan Perum Peruri.
2.3.
Peserta TWKM 27
Kelompok Mahasiswa Pencinta
Alam universitas Terbuka (KEMPALA-UT) ikut serta dalam kegiatan TWKM 27
Karawang dengan mengikutsertakan 2 orang , berikut nama peserta :
No
|
Nama
|
Kegiatan yang di ikuti
|
Ket
|
1
|
Dian tigor
Parlindungan
|
Temu Wicara
|
|
2
|
M Akil Mutawakil
|
Kenal Medan Lingkungan
Hidup
|
BAB
III. PELAKSANAAN
Jadwal kegiatan Kenal Medan
Divisi Lingkungan Hidup
HARI
|
TANGGAL
|
WAKTU
|
KEGIATAN
|
Senin
|
9/11/2015
|
07:00-15:00
|
Registrasi, Pembukaan acara TWKM 27
|
16:00-17:00 WIB
|
Penjelasan tentang kondisi kerusakan Sungai Citarum dan
Pantai Pakis Jaya
|
||
17:00-17:30 WIB
|
Pembagian kelompok
|
||
17:30-19:00 WIB
|
Pembagian schedule
|
||
Selasa
|
10/11/2015
|
07:00-07:30 WIB
|
Bangun tidur
|
07:30-08:00 WIB
|
Persiapan peserta
|
||
08:00-09:00 WIB
|
Pemberangkatan ke lokasi seminar
|
||
09:00-12:00 WIB
|
Seminar kerusakan lingkungan Citarum (BPLHD)
|
||
12:00-13:00 WIB
|
Ishoma
|
||
14:00-17:00 WIB
|
Diskusi tentang advokasi lingkungan
|
||
17:00-18:00 WIB
|
Kembali ke kampus
|
||
18:00-07:00 WIB
|
Istirahat
|
||
Rabu
|
11/11/2015
|
07:00-07:30 WIB
|
Bangun tidur
|
07:30-08:00 WIB
|
Sarapan
|
||
08:00-09:00 WIB
|
Berangkat ke Walahar
|
||
09:00-12:00 WIB
|
Sampling
|
||
12:00-13:00 WIB
|
Istirahat
|
||
13:00-15:00 WIB
|
Sampling Walahar
|
||
15:00-16:30 WIB
|
Kembali ke kampus
|
||
16:30-19:00 WIB
|
Istirahat
|
||
19:00-21:00 WIB
|
Pengelolaan data
|
||
Kamis
|
12/11/2015
|
07:00-07:30 WIB
|
Bangun tidur
|
07:30-08:30 WIB
|
Sarapan peserta
|
||
08:00-10:00 WIB
|
Pemberangkatan ke Pakis
|
||
10:00-10:30 WIB
|
Istirahat
|
||
10:30-11:30 WIB
|
Ceremonial
|
||
11:30-12:30 WIB
|
Istirahat
|
||
12:30-16:00 WIB
|
Penanaman bibit mangrove beserta warga
|
||
16:00-18:00 WIB
|
Kembali ke kampus
|
||
18:00-20:00 WIB
|
Istirahat
|
||
18:00-22:00 WIB
|
Pengolahan data hasil sampling
|
||
Jum’at
|
13 /11/2015
|
07:00-07:30 WIB
|
Bangun tidur
|
07:30-08:00 WIB
|
Sarapan
|
||
08:00-09:00 WIB
|
Pembahasan tentang data hasil sampling
|
||
09:00-12:00 WIB
|
Persiapan tentang aksi dan audiensi
|
||
12:00-13:00 WIB
|
Istirahat
|
||
13:00-13:30 WIB
|
Pemberangkatan
|
||
13:00-16:00 WIB
|
Aksi dan audiensi
|
||
Sabtu
|
14/11/2015
|
09:00-16:00 WIB
|
Wisata Karawang
|
19:00-20:00 WIB
|
Penutupan TWKM 27
|
||
20:00-23:00 WIB
|
Pertunjukan musik : Toni Q rastafara
|
4.1.
BAB IV. PELAKSANAAN
Gambaran Umum
BAB IV. PELAKSANAAN
Gambaran Umum
Daerah Aliran Sungai di
Indonesia semakin mengalami kerusakan lingkungan dari tahun ke tahun. Kerusakan
lingkungan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) meliputi kerusakan pada aspek
biofisik ataupun kualitas air. Indonesia memiliki sedikitnya 5.590 sungai utama
dan 65.017 anak sungai. dari 5,5 ribu sungai utama panjang totalnya mencapai
94.573 km dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) mencapai 1.512.466 km2.
Selain mempunyai fungsi hidrologis, sungai juga mempunyai peran dalam menjaga keanekaragaman hayati, nilai ekonomi, budaya,
transportasi, pariwisata dan lainnya.
Saat ini
sebagian Daerah Aliran Sungai di Indonesia mengalami kerusakan sebagai akibat
dari perubahan tata guna lahan, pertambahan jumlah penduduk serta kurangnya
kesadaran masyarakat terhadap pelestarian lingkungan DAS. Gejala Kerusakan
lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat dilihat daripenyusutan luas hutann dan kerusakan lahan terutama kawasan lindung di
sekitar Daerah Aliran Sungai.
Kerusakan
Daerah Aliran Sungai (DAS) pun mengakibatkan menurunnya kualitas air sungai
yang mengalami pencemaran yang diakibatkan oleh erosi dari lahan kritis, limbah
rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian (perkebunan) dan limbah
pertambangan. pencemaran air sungai di Indonesia juga telah menjadi masalah
tersendiri yang sangat serius.
Dari paparan
tersebut prinsip dan strategi advokasi kasus berdimenensi publik akan mendukung
tujuan bersama yaitu untuk membela kelestarian daerah aliran sungai, dimana
advokasi ini merupakan segala upaya/proses kerja/media/cara/tindakan, Dilakukan
secara sistematis, Melibatkan berbagai strategi, Untuk mencapai tujuan,
melakukan pembelaan, memberikan dukungan, Untuk mempengaruhi para pengambil
keputusan, khususnya pada saat mereka menetapkan peraturan, mengatur sumber
daya dan mengambil keputusan-keputusan yang menyangkut kepentingan publik.
Dalam advokasi ini memiliki kaidah yaitu:
-
mulai dengan berbaik sangka
-
Gagaskan kemenangan-
kemenangan kecil terlebih dahulu;
-
Kerjakan apa yang telah
direncanakan;
-
Tetap pada persoalan;
-
Jadikan issue tetap relevan;
-
Sedia bermufakat;
-
Jangan mau ditakut-takuti dan
menakut-nakuti
-
Kreatif
Adanya hukum tentang lingkungan
dalam pelstarian lingkungan mengajak kita untuk ikut serta dalam advokasi
lingkungan yang bertujuan untuk menyelamatkan daerah aliran sungai citarum.
Tentunya dengan adanya buktu peraturan
daerah hukum lingkungan dan data observasi tentang pencemaran daerah aliran
sungai, untuk itu kita melakkan kegiatan yang bernama biotilik untuk
pengambilan data tingkat pencemaran daerah air sungai tersebut.
Biotilik
merupakan pemantauan lingkungan menggunakan indikator biota,
sinonim dengan istilah biomonitoring. BIOTILIK juga merupakan singkatan
dari BIOta TIdak bertulang belakang Indikator Kualitas air yaitu
makroinvertebrata bentos, misalnya serangga air, kepiting, udang, siput, dan
cacing. BIOTILIK telah diterapkan di DAS Brantas untuk menumbuhkan kesadaran
dan kepedulian masyarakat, khususnya generasi muda, agar berpartisipasi menjaga
kelestarian ekosistem sungai. Kondisi kerusakan sungai semakin meningkat karena
tingginya tekanan lingkungan daerah aliran sungai (DAS) akibat berkurangnya
daerah resapan air dan bantaran sungai, serta eksploitasi sumber daya alam yang
tidak memperhatikan daya dukung lingkungan. Hasil pemeriksaan BIOTILIK dapat
memberikan petunjuk adanya gangguan
lingkungan pada ekosistem sungai, sehingga dapat dirumuskan upaya
penanggulangan yang dibutuhkan. Setiap warga negara berkewajiban menjaga
kelestarian sungai, sehingga partisipasi masyarakat sangat diperlukan untuk
pemulihan kerusakan ekosistem sungai.
Abrasi
Pantai adalah proses terjadi pengikisan pantai yang disebabkan oleh kekuatan
gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Kerusakan garis pantai
tersebut dikarenakan terganggunya keseimbangan alam daerah dipantai tersebut.
Pada pantai pakis memiliki tingkat abrasi yang lumayan sehingga pada pantai
pakis ini akan di lakukan penanaman untuk pembuatan hutan mangrove yang memilki
fungsi fisik Menjaga agar garis pantai tetap stabil, Melindungi pantai dan sungai dari
bahaya erosi dan abrasi., Menahan badai/angin kencang dari laut, Menahan hasil
proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan terbentuknya lahan baru,
Menjadi wilayah penyangga, serta berfungsi menyaring air laut menjadi air
daratan yang tawar.
a.
Sungai Citarum
Citarum adalah sungai terpanjang dan terbesar di Tatar
Pasundan Provinsi Jawa Barat Indonesia. Sungai
dengan nilai sejarah, ekonomi, dan sosial yang penting ini sejak 2007 menjadi
salah satu dari sungai dengan tingkat ketercemaran tertinggi di dunia.
Jutaan orang tergantung langsung
hidupnya dari sungai ini, sekitar 500 pabrik berdiri di sekitar alirannya, tiga
waduk PLTA dibangun di alirannya, dan penggundulan hutan berlangsung pesat di
wilayah hulu. Luas Daerah Aliran Sungai (DAS): 6.614 Km2. Berawal dari mata air di Gunung Wayang, dan
bermuara di Tanjung Karawang (269
km). Total Area 13.000 Km Persegi . Terdapat 3 waduk buatan: Saguling (1986) 982 juta m3,
Cirata (1988) 2.165 juta m3 dan Jatiluhur(1963) 3.000 juta
m3. Sumber air minum penduduk 10 Kab/Kota di Jawa Barat dan dan 80% penduduk Jakarta (16 m3/s)
Permasalahan yang ada di DAS Citarum meliputi sosial
ekonomi, perubahan tata guna lahan, lahan kritis, pencemaran, banjir dan
Punahnya keanekaragaman hayati.
b.
Pantai Pakis
KECAMATAN
|
KONDISI
|
|
Abrasi (ha)
|
Akresi
|
|
Pakisjaya
|
||
Batujaya
|
||
Tirtajaya
|
||
Cibuaya
|
||
Pedes
|
||
Cilebar
|
||
Tempuran
|
||
Cilamaya Kulon
|
||
Cimalaya Wetan
|
4.1.
Hasil kegiatan
Dari hasil sampling yang di
lakukan menunjukkan bahwa sungai citarum di indikasikan kualitas airnya
tercemar sedang. Dengan kesehatan habitat rata-rata kurang sehat. Pengambilan
data ini dilakukan dengang menggunakan teknik jabbing pada panduan biotilik
dengan pengambilan sampling di beberapa titik DAS. Pengolahan data menggunakan
referensi yang terpercaya berupa panduan biotilik pemantau kesehatan sungai.
Dari panduan tersebut kita mengolah hasil pengambilan sampling dengan
perhitungan rumus dan indikator Makroinvertebrata dan menggunakan rumus yang
telah di tentukan.
Dari kegiatan penanaman
mangrove tersebut diharapkan akan mengembalikan ekosistem hutan mangrove yang
dulu pernah ada dan menurunkan tingkat abrasi pantai yang terus menerus
meningkat. Sehingga ketika pohon mangrove tersebut hidup dan menjadi hutan
mangrove maka di harapkan masyarakat sadar akan pentingnya keberadaan hutan
mangrove yang dulunya telah punah menjadi tambak- tambak.
Dari kegiatan tersebut akan
di hasilkan sebuah pengetahuan tentang kerusakan lingkungan yang berada di
daerah karawang jawabarat khususnya Daerah aliran sungai dan pantai. Pemfokusan
pada pengukuran tingkat pencemaran di
daerah aliran sungai citarum dan abrasi di pantai pakis, sehingga kita dapat
mencari solusi terkait permasalahan lingkungan tersebut melalui audiensi dengan
pihak dari kantor bupati karawang demi kelangsungan pelestarian daerah aliran
sungai (DAS) dan Pantai pakis. Serta seberapa besar pihak pemerintah mengelola
dan melindungi kawasan tersebut sehingga tingkat pencemaran akan berkurang
dengan adanya pabrik- pabrik yang berdiri di sekitar DAS citarum.
a)
Data Pengamatan Kerusakan
Lingkungan
Kerusakan sungai citarum
disebabkan oleh
• Sampah rumah tangga
Kurang sadarnya masyarakat akan bahayanya membuang sampah
di Daerah Aliran Sungai Citarum membuat sungai citarum menjadi kumuh dan kotor.
Dengan leluasa masyarakat membuang sampah di DAS citarum tanpa di hantui dengan
rasa khawatir akan dampak yang akan terjadi di pada DAS citarum. Paradigma yang
berlaku secara turun temurum membuat pemerintah susah untuk menghilangkan
paradigma masyarakat di DAS.
• Limbah industri
Keberadaan pabrik yang menghasilkan limbah cair di buang
ke Daerah Aliran Sungi (DAS) Citarum juga mengakibatkan pencemaran terhadap
DAS. Kurangnya pemantauan pengelolaan limbah sehingga pabrik bisa lalai
membuang limbahnya tanpa melalui proses IPAL meskipun secara perijinan telah
mencantumkan adanya alat dan pengoperasian kerja ipal akan tetapi ada pihak
yang memang ketika di luar pengawasan dari dinas pemerintah setempat tidak
terjadi pengoperasian IPAL sehingga limbah langsung masuk ke DAS.
• Penggunaan insektisida
Para petani yang menggunakan Pestisida mencuci wadah
pestisida ke sungai tersebut sehingga sisa dari Pestisida akan masuk ke DAS
Citarum.
b)
Sampling Sungai Citarum
1.
Tabel Pemeriksaan kesehatan habitat sungai
No.
|
Parameter
|
Stasiun
1
|
Stasiun
2
|
Stasiun
3
|
1
|
Komposisi
subtrat
|
|||
2
|
Subtrat
tepi sungai
|
|||
3
|
Fluktuasi
debit air
|
|||
4
|
Perubahan
aliran
|
|||
5
|
Stabilitas
tebing kiri
|
|||
6
|
Stabilitas
tebing kanan
|
|||
7
|
Lebar
vegetasi kiri
|
|||
8
|
Lebar
vegetasi anan
|
|||
9
|
Aktivitas
manusia
|
|||
10
|
Aktivitas
di radius 2-10 km
|
|||
Jumlah
|
||||
Rata-
rata
|
||||
Keterangan
|
Sehat
|
Kurang
Sehat
|
Tidak
sehat
|
2.
Komposisi
Makroinvertebrata
Stasiun 1
No
|
Nama famili
|
Skor biotilik
(ti)
|
Jumlah Individu (ni)
|
Ti X ni
|
69
|
Atyidae
|
|||
82
|
Thiaridae B
|
|||
81
|
Thiaridae A
|
|||
85
|
Buccinidae
|
|||
31
|
Corduliide
|
|||
76
|
Viviparidae
|
|||
47
|
Corixidae
|
|||
87
|
Corbiculidae
|
|||
90
|
Erpobdellidae
|
|||
46
|
Naucoridae
|
|||
25
|
Coenagrionidae
|
|||
51
|
Nepidae
|
|||
91
|
Tubificidae
|
|||
JUMLAH
|
||||
Persentase kelimpahan EPT
|
0%
|
|||
Index biotilik
|
Stasiun 2
No
|
Nama famili
|
Skor biotilik
(ti)
|
Jumlah Individu (ni)
|
Ti X ni
|
64
|
Stratiomydae
|
|||
74
|
Parathelphusidae
|
|||
77
|
Planorbidae
|
|||
88
|
Sphaeridae
|
|||
46
|
Naucoridae
|
|||
67
|
Chironomidae
|
|||
48
|
Corixidae
|
|||
76
|
Viviparidae
|
|||
71
|
Palaemonidae
|
|||
81
|
Thiaridae A
|
|||
25
|
Coenagrionidae
|
|||
52
|
Hydrometridae
|
|||
29
|
Corduliidae
|
|||
75
|
Parathelphusidae
|
|||
91
|
Tubificidae
|
|||
82
|
Thiaridae
|
|||
JUMLAH
|
||||
Persentase kelimpahan EPT
|
0 %
|
|||
Index biotilik
|
Stasiun 3
No
|
Nama famili
|
Skor biotilik
(ti)
|
Jumlah Individu (ni)
|
Ti X ni
|
76
|
Viviparidae
|
|||
83
|
Thiaridae
|
|||
82
|
Thiaridae
|
|||
87
|
Corbiculidae
|
|||
88
|
Sphaeridae
|
|||
JUMLAH
|
||||
Persentase kelimpahan EPT
|
0%
|
|||
Index biotilik
|
3.
Penilaian kualitas air
Parameter
|
Skor Stasiun 1
|
Skor Stasiun 2
|
Skor Stasiun 3
|
Keragaman Jenis Famili
|
|||
Keragaman Jenis Famili EPT
|
|||
% Kelimpahan EPT
|
|||
Indeks Biotilik
|
|||
Jumlah
|
|||
Rata-Rata
|
|||
Kriteria
Kualitas Air
|
Tercemar Sedang
|
Tercemar Sedang
|
Tercemar Berat
|
Data di atas merupakan hasil pengolahan sampling pnduan
biotilik dengan menggunakan tehnik jabbing yaitu dengan menggunakan jaring
untuk mengambil subtrat dasar dan makroinvertebrata yang ada di dalamnya. Dari
ketiga staiun tersebut dapat di simpukan bahwa DAS Citarum Tercemar Sedang.
(Panduan biotilik terlampir)
c)
Advokasi Lingkungan
Advokasi
adalah suatu usaha untuk melakukan pembelaan terhadap sebuah keputusan demi
tujuan bersama dan kepentingan publik, atau usaha sistematik dan terorganisir
untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan publik
secara bertahap. Sedangkan advokasi lingkungan adalah suatu usaha atau tindakan
pembela pelestarian terhadap lingkungan untuk mengembalikan kerusakan terhadap
lingkungan, atau upaya pembelaan dan pemberdayaan yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang untuk melakukan perubahan keadrah lingkungan hidup yang
lebih baik. Tentunya advokasi lingkungan ini adalah untuk kepentingan publik
dan menghindari kerusakan – kerusakan lingkungan yang berpotensi semakin
meningkat di setiap tahunya agar tidak berdampak buruk terhadap suatu
lingkungan dan masyarakat yang memang berkaitan dengan suatu lingkungan
tersebut. Advokasi lingkungan hidup berawal dari kegelisahan orang terhadap
kondisi kerusakkan lingkungan hidup yang terjadi. Kegagalan melakukan
perlindungan terhadap sumber daya alam salah satu yang menjadi alasan untuk
kemudian untuk melakukan gerakan-gerakan advokasi terhadap lingkungan.
Advokasi
dapat dibedakan menjadi dua yaitu advokasi litigasi dan non litigasi. Advokali
litigasi adalah advokasi yang berupa upaya hukum misalnya dengan mencabut ijin
suatu usaha yang akan berpotensi lebih banyak merusak lingkungan dan meresahkan
masyarakat, sedangkan dvokasi non litigasi adalah upaya memberikan pengetahuan
terhadap masyarakat tentang kerusakan yang akan di timbulkan oleh suatu
masyarakat yang akan berdampak kepada masyarakt sendiri sehingga masyarakat
dapat mengungkapkan sebuah perotes melalui aksi demi kelestarian publik. Untuk
melakukan advokasi kita harus belajar
membuat riset, observasi, dan menggugat. Riset disini merupakan sebuah penemuan
yang memang memiliki suatu permasalan yang seharusnya tidak ada dan patut untuk
di perjuangkan keaslianya, observasi merupakan sebuah kegiatan diamana kita
harus mengambil data – data yang mendukung dan dapat di percaya sebagai bukti
bahwa kerusan lingkungan telah terjadi dan dapat meresahkan masyarakat sekitar,
pengambilan data harus akurat karena ini akan menjadi bukti fisik sebagai
sebuah kenyataan yang terjadi sehingga harus benar adanya tidak di rekayasa.
Selanjutnya adalah menggugat ketika data dan bukti sudah cukup meyakinkan maka
kita dapat menggugat adanya perlakuan yang dapat merusak lingkungan untuk di berhentikan agar tidak merusak lingkungan
lagi. Tentunya dalam sebuah gugatan harus memiliki bukti yang dapat meyakinkan
pemerintah setempat agar guagatan dapat di terima.
Kaidah
Advokasi
·
Bertujuan menciptakan relasi sosial yang
lebih adil;
·
Berbasis kepada :
- Sumber
daya hukum masyarakat ( dialog penyadaran, analisis sosial dsb );
-
Pengorganisasian masyarakat
-
Kemandirian masyarakat;
-
Nilai dan keyakinan hukum masyarakat
·
Kritis terhadap hukum dan/atau peraturan
perundang-undangan
Dalam
advokasi lingkungan tentunya harus memiliki sebuah strategi yang baik untuk
melancarkan dan mensukseskan pembelaan terhadap lingkungan yaitu dengan kaidah
advokasi yaitu :
1.
Mulai
dengan berbaik sangka
2.
Gagaskan
kemenangan- kemenangan kecil terlebih dahulu;
3.
Kerjakan
apa yang telah direncanakan;
4.
Tetap
pada persoalan;
5.
Jadikan
issue tetap relevan;
6.
Sedia
bermufakat;
7.
Jangan
mau ditakut-takuti dan menakut-nakuti
8.
Kreatif
Pada
kegiatan ini kita melakukan audiensi di kantor kabupaten Karawang dengan bapak samsuri untuk mencari solusi
tentang permasalan Daerah Aliran Sungai Citarum dan Pantai pakis jaya.
d)
Deskripsi Kegiatan
Lingkungan
hidup merupakan sebuah divisi yang bergerak di bidang pengembangan dan
pengetahuan tentang lingkungan. Disini merupakan wadah bagi teman-teman mapala
seluruh indonesia yang ingin mengetahui berbagai hal tentang lingkungan hidup
baik dari materi maupun praktik. Kegiatan kenal medan lingkungan hidup ini di
ikuti oleh 60 peserta delegasi dari mapala universitas se indonesia. Dalam
kegiatan kenal medan lingkungan hidup ini mengusung tema tentang permasalahan
pencemaran daerah aliran sungai citarum dan abrasi pantai pakis jaya.
Kegiatan
Kenal Medan divisi lingkungan hidup ini di laksanakan pada tanggal
senin-jum’at, 9- 13 November 2015. Dengan rangkaian ini kegiatan sebagai
berikut
Ø Senin, 9 November 2015
Kegiatan : Penjelasan tentang kondisi kerusakan Sungai
Citarum dan Pantai Pakis Jaya
Pengisi : Muhammad Hafis Zulkarnain (Koordinator Kegiatan
KMLH)
Deskripsi kegiatan :
Kegiatan ini berlangsung di
aula universitas singaperbangsa karawang pada pukul 20.00 wib, pengisi acara
memaparkan tentang kondisi kerusakan sungai citarum yang mana sungai citarum
ini merupakan Daerah Aliran sungai yang memiliki 3 bendungan, di sepanjang
Daerah aliran sungai ini banyak berdiri pemukiman warga dan berbagai pabrik
tekstil. Pencemaran yang terjadi di sungai citarum ini di akibatkan oleh limbah
rumah tangga dan limbah pabrik berupa buangan limbah cair serta pestisida oleh
petani sehingga air sungai citarum ini memiliki kualitas yang rendah, paradigma
masyarakat untuk membuang sampah di sungai citarum telah diwariskan oleh orang
terdahulu, hingga sampai saat ini masih berjalan sehingga sungai citarum ini
bagaikan tempat pembangan akhir sampah. Kurangnya edukasi tentang kesehatan
lingkungan terhadap masyarakat membuat masyarakat kurang sadar akan kebutuhan
yang baik terhadap kesehatan tubuh.
Pantai pakis jaya merupakan
pantai yang terkena abrasi dan belum ada tindakan khusus untuk menangani abrasi
pantai pakis ini. Lahan yang di jadikan tambak lele membuata abrasi pantai
kemungkinan akan meningkat setiap tahunya. Kesadaran akan adanya tumbuhan untuk
dimanfaatkan sebagai pengurangan abrasi pantai sangat rendah sehingga harus ada
tindakan dari para penggiat lingkungan untuk mengembalikan kondisi pantai.
Ø Selasa, 10 November 2015
Kegiatan : - Seminar kerusakan lingkungan Citarum
- Advokasi
Lingkungan
- Biotilik
Pengisi : - Bu dewi (BPLHD)
-
Ruli Koordinator lingkungan hidup
- DARU SETYO RINI, S.Si., M.Si.(ecoton)
Deskripsi kegiatan :
Seminar
dari Badan Pemeintahan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) yang di wakili oleh bu
dewi selaku penggiat pendidikan lingkungan memaparkan bahwa ada 3 pokok bahasan
pada pembicaraan tentang kerusakan lingkungan yaitu isu lingkungan hidup
strategis propinsi jawa barat, kondisi permasalahan daerah aliran sungai
citarum, dan program unggulan jawa barat gerakan citarum bertsari.
Selanjutnya penjelasan dari
koordinator lingkungan hidup tentang prinsip dan strategi advokasi lingkungan.
Dimana disini di jelaskan strategi untuk melakukan pembelaan terhadap
lingkungan demi kelestarian alam dan memiliki arah bertujuan menciptakan relasi
sosial yang lebih adil, berbasis kepada : sumber daya hukum masyarakat ( dialog
penyadaran, analisis sosial dsb ), pengorganisasian masyarakat, kemandirian
masyarakat, nilai dan keyakinan, hukum masyarakat, dan kritis terhadap hukum
dan/atau peraturan perundang-undangan. dalam advokasi juga harus ada bukti
bukti yang akurat dan kuat untuk mendukung keberlangsungan pembelaan.
Selanjutnya dari Ecoton
yaitu bu Rini disini di jelaskan tentang limbah cair yang di hasilkan oleh
pabrik dan pengolahan yang harus di lakukan oleh sebuah pabrik ketika limbah
tersebut mau di buang ke sungai makan harus melalui IPAL. Selanjutnya
penjelasan tentang pemantauan kesehatan sungai dengan makroinvertebrata. Biomonitoring adalah pemeriksaan kondisi badan air
melalui pemantauan biologis dan pengukuran langsung pada biota yang menghuni
perairan (Resh, 2011) .
biomonitoring ini menggunakan biotilik dengan makroinvertebrata sebagai
indikator kualiatas air. Makroinvertebrata adalah biota tidak bertulang belakang yang menghuni
substrat dasar perairan selama sebagian atau seluruh fase hidupnya, berukuran
minimal 200µm-500µm (Resh, 2011)
disini di jelaskan cara pengambilan sampling sungai untuk mengetahui indikator
kualitas air sungai citarum, observasi tentang lingkungan sekitar sungai, dan
pengolahan data seampling yang akan menunjukkan kualitas perairan terhadap
tingkat pencemaran.
Ø Rabu, 11 November 2015
Kegiatan : Smpling Sungai Citarum
Pengisi : Crew Kenal Medan Lingkungan hidup
Deskripsi kegiatan :
Kegiatan
sampling di lakukan di 3 titik sungai citarum diamana pada stu titik ini
terdapat aliran air yang berasal dari limbah pabrik. Peserta Kenal Medan
Lingkungan hidup di bagi menjadi 12 kelompok yang terdiri dari 6-7 orang. Dalam
kelompok kecil kita menyebar ke titik – titik penyebaran untuk mengambil sampling.
Sampling dilakukan dengan tekhnik jabbing yaitu dengan menggunakan jaring kita
mengambil subtrat air untuk di lihat makroinvertebratanya dan di amati lalu di
olah sebagai hasil sampling. Selama satu menit kita melakukan jabbing agar
makroinvertebratanya masuk ke dalam jaring. Minimal kita harus mendapatka 100
buah individu dalam satu titik agar pengambilan data akurat. Selanjutnya
individu dipisahkan dalam wadah sesuai famili dan di hitung individunya.
Selanjutnya
di data dan di olah, pengolahan data dilakukan secara berkelompok dengan
menghitung hasil dari individu dan di lihat nilai baku mutu famili lalu di
kalikan dan semuanya di jumlah untuk selanjutnya dapat di jadikan nilai patokan
kualiatas air dilihat dari interval yang sudah di tentukan dalam jurnal panduan
pemantauan kesehatan sungai. Habitat dan kondisi lingkungan sungai juga di
lihat. Dari hasil sampling yang di lakukan menunjukkan bahwa sungai citarum di
indikasikan kualitas airnya tercemar sedang. Dengan kesehatan habitat rata-rata
kurang sehat.
Ø Kamis, 12 November 2015
Kegiatan : Penanaman Mangrove
Pengisi : Crew Kenal Medan Lingkungan hidup dan Warga
Deskripsi kegiatan :
Kegiatan
penanaman ini di lakukan di pantai pakis jaya desa bungin kecamatan pakis jaya
kabupaten karawang. Peserta penanaman adalah semua peserta, crew kenal medan
lingkungan hidup, dan warga kelompok tani di desa sekitar. Bibit mangrove yang
di tanam sebanyak seribu bibit. Bibit di dapat dari pemerintah setempat. Bibit
di tanam di daerah yang memang memiliki potensi abrasi tinggi. Daerah tersebut
juga pernah ada tanaman mangrove yang hidup akan tetapi adanya penebangan dari
warga setempat membuat mangrove hilang dan di jadikan tambak, untuk memulihkan
kembali maka kita menanam mangrove di tempat tersebut.
Ø Jum’at, 13 November 2015
Kegiatan
: - Audiensi dan Aksi
- Pembagian
bibit mangga
Pengisi : Crew Kenal Medan Lingkungan hidup
Deskripsi kegiatan :
Audiensi dilakukan di ruang
rapat sekertaris daerah kantor bupati karawang gedung singaperbangsa. Audiensi
ini diikuti oleh sebagian peserta kenal medan lingkungan hidup karena tempat
yang tidak memungkinkan untuk semua peserta masuk ke dalam ruangan. Audiensi ini
membahas tentang kerusakan yang terjadi di daerah aliran sungai citarum dan
pantai pakis jaya dan mencari solusinya un tuk menghijaukan mkembali karawang.
Tiga waduk besar yaitu saguli yang berada di cimahi,
cirata yang berada di purwakarta dan jatiluhur yang ada di purwakarta (djuanda)
serta muara gembong yang menjadi bukti besar wilayah sungai citarum. Daerah
yang memang harus di lestarikan keaslianya dan menjaga kesehatanya demi
masyarakat yang tinggal di daerah aliran sungai citarum. Akan tetapi semua itu
tidak terlihat karena kurangnya kesadaran dan edukasi terhadap masyarakat akan
kepentinganya dalam kesehatan. Kerjasama antara pihak pemerintah dan masyarakat
yang kurang juga menjadikan sungai citarum menjadi tempat pembuangan limbah
yang semakin tahun semakin menumpuk. Vegetasi berkurang dengan adanya bangunan
yang ada di pinggir sungai menjadikan keanekaragaman hayati berkurang.
Paradigma masyarakat menjadi persoalan besar untuk pemerintah sebagai tanggung
jawab untuk merubah paradigma agara tidak berlanjut.
Banyaknya pabrik yang berdiri akan menjadi permasalan
yang besar bagi kualis air di sungai citarum. Karena banyak pabrik yang
membuang limbahnya ke sungai tanpa melalui proses pengolahan limbah yang harus
di lakukan untuk layak buang di sungai. Terkadang pabrik memiliki IPAL akan
tetapi tidak di gunakan, hanya di gunakan saat ada pengawasan dari pemerintah.
Pantai pakis jaya, memerlukan banyak perlakuan agar
kondisinya pulih kembali, mulai dari menanam mangrove, memasang pemecah ombak
dan perlu edukasi dan sosialisasi akan
pentingnya mangrove.
Pembagian bibit dilakukan di alun alun galuh mas, bibit
mangga diberikan kepada para pengendara yang lewat di alun- alun untuk
penghijauan.
BAB
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
-
Sangat berkesan, menambah wawasan, ilmu pengetahuan,
pertemanan, keluarga dan informasi dan komunikasi antar mahasiswa Pecinta Alam
Se- Indonesia
-
Menambahkan persatuan, kesatuan dengan
persaudaraan antar mahasiswa pecinta alam
5.2.
Saran
- .........................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................