Monday, 11 April 2016

Serangga

1.  Serangga adalah mahluk ciptaan tuhan yang istimewa, semakin kita pelajari maka akan semakin banyak pertanyaan menaik yang harus dijawab. Meskipun perdebatan mengenai  kepastian jumlah spesiesnya masih tetap ada; aktifitas yang snagat berfariasi serta keberadaannya yang dimana-mana menyebabkan serangga ini meempunyai arti penting dalam ekosistem dan dalm kelangsungan kehidupan manusia.
Berapapun jumlaah spesies serangga didunia, setiap spesies mempunyai ekologi sendiri dan masing masing mempunyai pengaruh pada spesies yang lain, interksi ekologi sangat membingungkan teteapi ini merupakan hal yang sangat penting. Jumlah spesies serangga yang telah dideskripsikan snagat sulit untuk diperkirakan . diduga berkisar 3- 5 juta (May, 1986), sampai 30 juta (Erwi, 1982), 50 juta (Erwin, 1988), bahkan sampai 80 juta (Stork, 1988). Gaston (1991,1992) memeperkirakan sekitar 5-10 juta spesies sedangkan Hammond(1982) memeperkirakan 8 juta spesies

2. Populasi serangga adalah kelompok individu serangga yang terdapat pada satu ruang disuatu waktu. Setiap populasi serangga mempunyai karakteristik yang unik sehingga untuk mengerti mengenai dinamika populasi ditentuka oleh kelompok tersebut bukan oleh satu individu dai kelompok tersebut. Yang termasuk dalam karakteristik ini adalah atribut :

·    Density (kepadatan), adalah jumlah individu pada setiap unit ukuran misalnya jumlah belalang permeter persegi.

·    Dispersion (penyebaran),  adalah pengaturan ruang dari individu individu tadi. Hampir semua populasi serangga mempunyai kelompok atau penyebaran yang beragregasi, meskipun pada habitat yang relatif sama akan ada penyebaran secara random. Istilah ramdomness berarti bahwa serangga dapat dijumpai di satu tempat dengankeadaan yang sama tetapi ditempat lain.

·         Mortality (kematian),  adalah laju kematian atau jumlah yang mati persatu unit waktu.

·    Natality (kelahiran), adalahlaju kelahiran sering diukur sebagai jumlah total telur atau telur telur yang diletakkan per betina pada satu unit waktu. Kedua proses itu erat hubungannya, natality menambah jumlah, sedangkan mortality mengurangi jumlah untuk mendeterminasi kepadatan dan penyebaran populasi.

·   Age distribution (distribusi umur)  adalah proporsi individu yang tertentu dalam kelompok umur yang berbeda pada suatu waktu, misalnya , pada suatu awal musim mempunyai distribusi umur adlah 75 % untuk dewasa; 20% untuk telur, dan 5% untuk larva instar pertama. Distribusi ini akan berubah sejalan dengan waktu.

·  Growth form (bentuk pertumbuhan) dari suatu populasi tergantung dari bentuk tertentu dari kurva kepadatan selama 1 satu musim atau periode waktu yang lebih panjang.  Kurva pertumbuhan  dari banyak populasi serangga di daerah temperate berbentuk J, yaiutu populasi tumbuh secara eksponen kemudian turun dengann drastis pada musim dingin. Bentuk kurva pertumbuhan tertentu dapat menerangkan bagian dari jumlah yang tumpang tindih antara berbagai tahap pertumbuhan dalam satu generasi atau antar generasi

3.  Ahli entemologi membagi penyebab kematian pada serangga menjadi tujuh kategori yaitu :
·    Umur. Umur dan kemataian pada usia tua sering disebut kematian fisiologi. Pada kebanyakan serangga , hanya sedikit sekali individu yang dapat mencapai usia maksimum. Perkecualian pada serangga sosial (misal Hymenoptera) yang selalu dilindungi oleh individu yang muda dan sarang yang baik, lebih dari itu hewan dewasa umumnya sangat efektif melindungi dirinya sendiri. Jadi kematian fisiologi bukan merupakan variable yang terpenting meskipun menjadi penting pada populasi yang mempunyai laju reproduksi yang rendah.

·     Vitalitas yang rendah.  Salah satu karakteristik serangga adalah kemampuannya untuk lulus hidup dalam tekanan lingkungan. Setiap individu dalam suatu populasi sangat bervariasi dalam hal kemampuannya tersebut, lebih dari itu kemampuan suatu populasi dapat dipengaruhi oleh proporsi  vitalitas individunya. Dari pernyatan tersebut, adalah tidak mungkin, misalnya hujan lebat menyebabkan kematian yang tinggi, tetapi kematian yang tinggi tersebut disebabkan karena vitalitas populasi yang rendah yang diturunkan secara genetik.

·    Kecelakan. Suatu kecelakaan dapat mengakibatkan kematian. Hal tersebut dapat bervariasi mulai dari ketidakmampuan secara fisiologi dalam hal pergantian kulit atau gagalnya serangga dewasa baru pada saat akan mengembangkan sayapnya sampai kepada ketidakmampuan secara ekologi, misalnya saat termakan oleh hewan pemakan daun, jumlah serangga yang mati karena kecelakaan sangat bervariasi.

·       Kondisi fisika kimia. Kondisi fisika kimia mlibatkan kondisi fisika dan kimia dari udara , air dan substrat dimana populasi serangga hidup. Yang perlu mendapatkan perhatian adalah cuaca. Komponendari cuaca terutama adalah suhu dan kembaban, dapat menyebabkan penambahan maupun pengurangan populasi. Secara langsung, cuaca yang buruk meningkatkan laju kematian serta menurunkan proses fisiologi dan perilaku sehingga menurunkan laju kelahiran. Lebih dari itu, cuaca yang dingin dan basah dapat menginduksi penyakit , pertumbuhan yang lambat dan sebagainya.  Alaupun begitu, ada pula serangga serangga yang hidup baik pada cuaca tesebut seperti nyamuk dan ngengat Delia platura.
Cuaca dapat berpengaruh pada kematian  secara tidak langsung, misalnya curah hujan dapat mempengaruhi fenologi tumbuhan dan kualitas makanan dari serangga. Lebih dari itu , tidak sinkronnya perbungaan dan suatu tahapan dari serangga dapat menyebabkan kematian yang tinggi pula. Hal ini sering terjadi pada kumbang apel, Anthonomus pomorum , yang meletakkan telur dalam kuncup bunga. Kematian menjadi tinggi pada saat telur menetas tetapi bunga telah mekar.
Pengaruh cuaca yang tidak langsung lain adalah pada musuh alami. Kelembaban yang  tinggi menyebabkan peningkatan penyakit yang disebabkan oleh organisme seperti jamur sehingga  menyebabakan terjadinya epidemi penyakit pada populasi serangga. Meskipun begitu , kematian yang rendah karena parasitisme dapat memepengaruhi populasi serangga inang, atau dapat dikatakan juga bahawa temperatr yang rendah akan lebih banyak memepengaruhi parasit dari pada inang.

·   Kekurangan makanan. Bagi serangga , makanan terutama tergantung pada ketersediannya di suatu ekosistem. Pada agroekosistem, sumber makanan utama bagi paling tidak serangga pemakan tumbuhan, adalah tanaman itu sendiri. Kecuali karena pengaruh cuaca yang menyebabkan jumlah makanan serangga berkurang, ketidakadaan makanan bukan merupakan  faktor utama bagi serangga hama dalam agroekosistem yang menyebabakan kematian hama dalam suatu egroekosistem.

·     Musuh  alami. Organisme yang juga memeangsa serangga atau berparasit pada serangga disebut mussih alami.  Musuh alami dapat dikelompokkan menjadi predator, parasit dan mikroorganisme patogen.
Musuh alami merupakan komponen yang penting didalam dinamika populasi suatu spesies. Pengaruh nya dapat langsung terlihat dengan melihat jumlah yang berkurang; kadang pengaruhnya juga dapat terlihat pada kepadatan mangsa atau inang.  Musuh alami dapat dikelompokkan pada density –dependent artinya bila populasi berjumlah besar maka kematian akan menjadi besar, sebaliknya bila populasi berjumlah kecl maka kematian akan menjadi kecil. Karena setiap  spesies hama mempunyai musuh alamianya, maka kematian yang disebabkan oleh musuh alami merupakan penentu dalam pengendalian hama. Jadi prinsip utama pada semua sistem pengendalian hama adalah memebiarkan musuh alami berada dalam sistem.

Kekurangan pelindung. Berkuarang pelindung berpengaruh pada kematian secara tidak langsung, hal ini terjadi karena dengan adanya pelindung maka pengaruh lingkungan yang langsung dan ekstrim, tidak secara langsung mengenai serangga maupun musuh alaminya.