1. Serangga adalah mahluk
ciptaan tuhan yang istimewa, semakin kita pelajari maka akan semakin banyak
pertanyaan menaik yang harus dijawab. Meskipun perdebatan mengenai kepastian jumlah spesiesnya masih tetap ada;
aktifitas yang snagat berfariasi serta keberadaannya yang dimana-mana
menyebabkan serangga ini meempunyai arti penting dalam ekosistem dan dalm
kelangsungan kehidupan manusia.
Berapapun jumlaah spesies serangga didunia,
setiap spesies mempunyai ekologi sendiri dan masing masing mempunyai pengaruh
pada spesies yang lain, interksi ekologi sangat membingungkan teteapi ini
merupakan hal yang sangat penting. Jumlah spesies serangga yang telah
dideskripsikan snagat sulit untuk diperkirakan . diduga berkisar 3- 5 juta
(May, 1986), sampai 30 juta (Erwi, 1982), 50 juta (Erwin, 1988), bahkan sampai
80 juta (Stork, 1988). Gaston (1991,1992) memeperkirakan sekitar 5-10 juta
spesies sedangkan Hammond(1982) memeperkirakan 8 juta spesies
2. Populasi serangga adalah kelompok individu serangga yang terdapat pada
satu ruang disuatu waktu. Setiap populasi serangga mempunyai karakteristik yang
unik sehingga untuk mengerti mengenai dinamika populasi ditentuka oleh kelompok
tersebut bukan oleh satu individu dai kelompok tersebut. Yang termasuk dalam
karakteristik ini adalah atribut :
· Density
(kepadatan), adalah jumlah individu pada setiap unit ukuran misalnya jumlah
belalang permeter persegi.
· Dispersion
(penyebaran), adalah pengaturan ruang
dari individu individu tadi. Hampir semua populasi serangga mempunyai kelompok
atau penyebaran yang beragregasi, meskipun pada habitat yang relatif sama akan
ada penyebaran secara random. Istilah ramdomness berarti bahwa serangga dapat
dijumpai di satu tempat dengankeadaan yang sama tetapi ditempat lain.
·
Mortality
(kematian), adalah laju kematian atau
jumlah yang mati persatu unit waktu.
· Natality
(kelahiran), adalahlaju kelahiran sering diukur sebagai jumlah total telur atau
telur telur yang diletakkan per betina pada satu unit waktu. Kedua proses itu
erat hubungannya, natality menambah jumlah, sedangkan mortality mengurangi
jumlah untuk mendeterminasi kepadatan dan penyebaran populasi.
· Age
distribution (distribusi umur) adalah
proporsi individu yang tertentu dalam kelompok umur yang berbeda pada suatu
waktu, misalnya , pada suatu awal musim mempunyai distribusi umur adlah 75 %
untuk dewasa; 20% untuk telur, dan 5% untuk larva instar pertama. Distribusi
ini akan berubah sejalan dengan waktu.
· Growth
form (bentuk pertumbuhan) dari suatu populasi tergantung dari bentuk tertentu
dari kurva kepadatan selama 1 satu musim atau periode waktu yang lebih
panjang. Kurva pertumbuhan dari banyak populasi serangga di daerah
temperate berbentuk J, yaiutu populasi tumbuh secara eksponen kemudian turun
dengann drastis pada musim dingin. Bentuk kurva pertumbuhan tertentu dapat
menerangkan bagian dari jumlah yang tumpang tindih antara berbagai tahap
pertumbuhan dalam satu generasi atau antar generasi
3. Ahli entemologi membagi penyebab kematian
pada serangga menjadi tujuh kategori yaitu :
· Umur. Umur
dan kemataian pada usia tua sering disebut kematian fisiologi. Pada kebanyakan
serangga , hanya sedikit sekali individu yang dapat mencapai usia maksimum.
Perkecualian pada serangga sosial (misal Hymenoptera) yang selalu dilindungi
oleh individu yang muda dan sarang yang baik, lebih dari itu hewan dewasa
umumnya sangat efektif melindungi dirinya sendiri. Jadi kematian fisiologi
bukan merupakan variable yang terpenting meskipun menjadi penting pada populasi
yang mempunyai laju reproduksi yang rendah.
· Vitalitas
yang rendah. Salah satu karakteristik
serangga adalah kemampuannya untuk lulus hidup dalam tekanan lingkungan. Setiap
individu dalam suatu populasi sangat bervariasi dalam hal kemampuannya
tersebut, lebih dari itu kemampuan suatu populasi dapat dipengaruhi oleh
proporsi vitalitas individunya. Dari
pernyatan tersebut, adalah tidak mungkin, misalnya hujan lebat menyebabkan
kematian yang tinggi, tetapi kematian yang tinggi tersebut disebabkan karena
vitalitas populasi yang rendah yang diturunkan secara genetik.
· Kecelakan.
Suatu kecelakaan dapat mengakibatkan kematian. Hal tersebut dapat bervariasi
mulai dari ketidakmampuan secara fisiologi dalam hal pergantian kulit atau
gagalnya serangga dewasa baru pada saat akan mengembangkan sayapnya sampai
kepada ketidakmampuan secara ekologi, misalnya saat termakan oleh hewan pemakan
daun, jumlah serangga yang mati karena kecelakaan sangat bervariasi.
· Kondisi
fisika kimia. Kondisi fisika kimia mlibatkan kondisi fisika dan kimia dari
udara , air dan substrat dimana populasi serangga hidup. Yang perlu mendapatkan
perhatian adalah cuaca. Komponendari cuaca terutama adalah suhu dan kembaban,
dapat menyebabkan penambahan maupun pengurangan populasi. Secara langsung,
cuaca yang buruk meningkatkan laju kematian serta menurunkan proses fisiologi
dan perilaku sehingga menurunkan laju kelahiran. Lebih dari itu, cuaca yang
dingin dan basah dapat menginduksi penyakit , pertumbuhan yang lambat dan
sebagainya. Alaupun begitu, ada pula
serangga serangga yang hidup baik pada cuaca tesebut seperti nyamuk dan ngengat
Delia platura.
Cuaca dapat berpengaruh pada kematian secara tidak langsung, misalnya curah hujan
dapat mempengaruhi fenologi tumbuhan dan kualitas makanan dari serangga. Lebih
dari itu , tidak sinkronnya perbungaan dan suatu tahapan dari serangga dapat
menyebabkan kematian yang tinggi pula. Hal ini sering terjadi pada kumbang
apel, Anthonomus pomorum , yang
meletakkan telur dalam kuncup bunga. Kematian menjadi tinggi pada saat telur
menetas tetapi bunga telah mekar.
Pengaruh cuaca yang tidak langsung lain adalah
pada musuh alami. Kelembaban yang tinggi
menyebabkan peningkatan penyakit yang disebabkan oleh organisme seperti jamur
sehingga menyebabakan terjadinya epidemi
penyakit pada populasi serangga. Meskipun begitu , kematian yang rendah karena
parasitisme dapat memepengaruhi populasi serangga inang, atau dapat dikatakan
juga bahawa temperatr yang rendah akan lebih banyak memepengaruhi parasit dari
pada inang.
· Kekurangan
makanan. Bagi serangga , makanan terutama tergantung pada ketersediannya di
suatu ekosistem. Pada agroekosistem, sumber makanan utama bagi paling tidak
serangga pemakan tumbuhan, adalah tanaman itu sendiri. Kecuali karena pengaruh
cuaca yang menyebabkan jumlah makanan serangga berkurang, ketidakadaan makanan
bukan merupakan faktor utama bagi
serangga hama dalam agroekosistem yang menyebabakan kematian hama dalam suatu
egroekosistem.
· Musuh alami. Organisme yang juga memeangsa serangga
atau berparasit pada serangga disebut mussih alami. Musuh alami dapat dikelompokkan menjadi
predator, parasit dan mikroorganisme patogen.
Musuh alami merupakan komponen yang penting
didalam dinamika populasi suatu spesies. Pengaruh nya dapat langsung terlihat
dengan melihat jumlah yang berkurang; kadang pengaruhnya juga dapat terlihat
pada kepadatan mangsa atau inang. Musuh
alami dapat dikelompokkan pada density –dependent artinya bila populasi berjumlah
besar maka kematian akan menjadi besar, sebaliknya bila populasi berjumlah kecl
maka kematian akan menjadi kecil. Karena setiap
spesies hama mempunyai musuh alamianya, maka kematian yang disebabkan
oleh musuh alami merupakan penentu dalam pengendalian hama. Jadi prinsip utama
pada semua sistem pengendalian hama adalah memebiarkan musuh alami berada dalam
sistem.